Seperti disebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali membagi cinta dalam 4 macam, yaitu :
Pertama, cinta kepada orang lain karena motivasi terhadap
diri orang tersebut. Ini mungkin terjadi. Seseorang akan merasa nikmat
manakala memandang, mengenal, dan menyaksikan budi pekerti orang yang
dicintainya. Rasa senang itu dikarenakan ia menilainya baik. Sesuatu
yang indah terasa nikmat bagi siapa saja yang dapat menangkap
keindahannya dan seluruh kenikmatan yang disukai. Kenikmatan itu sendiri
bergantung penilaian baik, sementara penilaian baik bergantung pada
perjumpaan dan kecocokan watak. Hal yang dianggap baik itu misalnya
berupa sifat lahiriah seperti cantik dan tampan. Adapun sifat batiniah
misalnya karena ia cerdas, suka bercanda, dan akhlaknya baik.
Dikatakannya
pula, bahwa perkara tersangkutnya hati lebih aneh dan lebih misterius.
Rasa cinta antara dua orang terkadang timbul bukan karena keindahan
fisik atau keluhuran akhlak, melainkan karena perasaan batin tertentu
yang menimbulkan rasa kasih dan kecocokan. Secara naluriah seseorang
tertarik kepada yang serupa. Kecocokan batin merupakan misteri yang
tersimpan rapid an memiliki sebab-sebab halus yang sulit dipahami.
Rasulullah SAW bersabda, “Ruh-ruh adalah pasukan yang berkelompok. Yang
saling mengenal akan berkumpul dan yang saling mengingkari akan
berpisah.”
Sikap mengingkari itu dikarenakan tidak ada kecocokan. Jika
dipaksakan maka pertemanan menjadi sebuah kepalsuan. Suatu saat keduanya
akan berpisah karena sesuatu sebab. Sedangkan kemesraan dalam
bertemanan itu karena adanya keselarasan. Adapun keselarasan yang
terpuji ialah kesamaan dalam iman. Rasulullah SAW bersabda, “Ruh dua
mukmin sungguh akan bertemu meskipun berjarak satu hari perjalanan,
bahkan sekalipun mereka sama sekali belum pernah melihat satu sama lain
di dunia ini.”
Kedua,
mencintai seseorang karena
mengharapkan sesuatu dari orang itu. Cintanya dijadikan sarana untuk
kepentingan pribadi. Jika seseorang tidak memberikan keuntungan, ia
tidak mencintainya. Cinta seperti ini bagaikan seseorang mencintai eas,
perak, atau uang. Kecintaannya karena ia bisa dipakai sarana untuk
menyenangkan hidup.
Menurut Imam Ghazali, “Jika cinta hanya demi manfaat duniawi,
berarti tidak dilandasi cinta karena Allah. Walaupun cintanya itu
bermanfaat bagi hidupnya, tetapi jika hanya ditujukan untuk kepentingan
duniawi, seperti cinta murid kepada guru, ini pun bukan cinta karena
Allah. Hal itu semata-mata murid mencintai guru demi mendapatkan ilmu.
Jadi, sesungguhnya sangat murid tersebut mencintai ilmunya. Jika ilmu
itu tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah melainkan
mendapatkan jabatan, kekayaan dan penghormatan manusia.
Ketiga,
mencintai
seseorang karena sesuatu di luar objek cinta yang tidak sebatas dunia
melainkan terkait dengan akhirat. Misalnya murid mencintai gurunya
karena ingin mendapatkan ilmu sehingga ia memiliki akhlak luhur demi
tujuan kebahagiaan dunia dan akhirat. Atau misalnya, seorang lelaki
menikahi perempuan shalihah dengan maksud menjaga diri mereka dari
godaan syetan dan memelihara agama, atau guna mendapatkan keturunan yang
baik, sehingga ia mencintai pasangannya.
Keempat,
mencintai
demi dan karena Allah semata. Cinta inilah yang memiliki kedudukan
paling tinggi. Sebagai gambara, seorang pemuda mencintai gadis, maka ia
tidak hanya mencintai gadis itu. Ia juga mencintai orang yang mencintai
gadis itu, orang yang dicintai gadis itu, orang yang membantu, orang
yang memuji, dan teman-teman si gadis. Ia mencintai apa yang dimiliki
gadis itu.
Begitu pula jika seseorang yang beriman mencintai Allah
dengan kuat dan segenap hatinya, maka rasa itu akan melebar kepada
segala sesuatu selain Dia karena segala sesuatu itu merupakan ciptaan
Nya dan bukti kebenaran Nya. Cinta kepada Allah dapat terwujud
disebabkan harapan yang kuat terhadap janji-janji Nya di akhirat.
Source: http://www.gallerydunia.com
Title : Berbagai macam bentuk cinta
Description : Seperti disebutkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, Imam Ghazali membagi cinta dalam 4 macam, yaitu : Pertama, cinta kepada orang lain...