Menangis dan Meratap di Depan Ka’bah
Tutur Laila Al-Halwa, “Kami pun tiba di Masjidil Haram. Ketika masuk
dan melihat Ka’bah, aku menangis tersedu-sedu karena mengingat banyaknya
dosa yang telah kulakukan. Aku teringat begitu banyak kewajiban yang
telah kutinggalkan sehingga aku mengatakan, ‘Ya Rabbi, aku telah
berusaha semaksimal mungkin dengan berobat kepada dokter, sekarang tidak
ada yang bisa kumohon selain kepada-Mu. Karena itu janganlah Engkau
tutup pintu tobat untukku’.
Aku melakukan thawaf dan memohon kepada Allah agar tidak
menyia-nyiakanku. Aku memohon agar diberi kesembuhan supaya para dokter
heran dan kaget dengan hal tersebut.
Sebagaimana yang telah kujelaskan sebelumnya, bahwa aku lalai kepada
Allah dan tidak mengerti agamaNya. Maka aku pun mengunjungi banyak
Syeikh dan Ulama yang berada di sana untuk minta doa-doa ringan yang
bisa kuhapal. Mereka menyarankan agar aku banyak membaca Al-Qur’an dan
meminum air zamzam. Mereka juga menasihatiku agar banyak berdzikir dan
membaca shalawat kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Aku merasa tenang dan tentram berada di tanah haram. Aku pun meminta
ijin kepada suamiku agar diperbolehkan tinggal di Masjidil Haram dan
tidak pulang ke hotel. Setelah diberi ijin aku selalu berada di Masjidil
Haram untuk berdzikir dan beribadah.
Di Masjid aku ditemani banyak wanita yang melihatku sering menangis.
Mereka pun menanyakan kepadaku tentang sebab tangisku, dan aku menjawab,
“Karena aku telah berada di Masjidil Haram dan aku tidak menyangka sama
sekali akan begitu mencintainya. Kedua karena aku terkena penyakit
Kanker dan menginginkan kesembuhan.”
Mereka tetap menemaniku dan tidak meninggalkanku. Aku katakan kepada
mereka bahwa aku sedang ber’tikaf di Masjidil Haram, maka mereka pun
meminta ijin kepada suami mereka agar diperbolehkan untuk beri’tikaf
bersamaku. Di Masjid aku tidak tidur dan tidak makan kecuah sedikit,
akan tetapi aku banyak meminum air zamzam, mengingat Nabi
Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ‘
Air zamzam adalah tergantungg untuk apa ia diminum [sesuai dengan niat orang meminumiya]“.[1]
Jika ia diminum untuk penyembuhan, maka Allah akan menyembuhkan
penyakit tersebut. Jika diminum karena haus, maka Allah akan
menghilangkan dahaga tersebut. Dan jika diminum dalam rangka memohon
pertolongan kepada Allah, maka Allah akan memberikan pertolongan-Nya.
Berkat meminum air zamzam aku tidak merasa haus. Aku terus melakukan
thawaf tanpa henti dan menunaikan shalat sunnah dua rakaat. Begitulah
yang kulakukan sehari-harinya; thawaf, shalat, membaca Al-Qur’an dan
meminum air zamzam. Aku juga jarang tidur kecuali sebentar saja.
Kondisiku semakin lemah dan kurus dan bagian atas tubuhku membengkak
dan banyak muncul benjolan-benjolan (tumor). Hal ini semakin memperkuat
bahwa penyakitku telah menyebar di bagian atas tubuhku. Teman-temanku
menyarankan agar bagian yang membengkak tersebut dibasuh dengan air
zamzam, akan tetapi aku tidak mau memegang bengkak dan benjolan tersebut
karena takut akan memalingkanku dari dzikir dan ibadah kepada Allah.
Akhirnya aku hanya membasuhnya tanpa menyentuh bagian tubuh yang bengkak
tersebut.
Pada hari kelima teman-temanku mendorongku agar aku membasuh tubuhku
dengan air zamzam. Mulanya aku menolaknya, akan tetapi seakan-akan ada
kekuatan yang mendorongku untuk melakukan hal tersebut. Memang awalnya
aku merasa takut, tetapi kemudian muncul dorongan tersebut dan untuk
yang kedua ini aku merasa ragu. Hingga untuk ketiga kalinya seakan-akan
ada kekuatan yang mendorongku untuk mengambil air zamzam dan
membasuhkannya ke tubuhku dan payudaraku yang penuh dengan darah dan
nanah serta benjolan. Tiba-tiba terjadi hal menakjubkan yang sama sekali
tidak terbayang dalam pikiranku, yaitu seluruh bengkak dan benjolan
tersebut hilang dari tubuhku tanpa tersisa sedikit pun. Aku pun tidak
lagi merasa sakit, tidak ada lagidarah dan nanah di tubuhku.
Mulanya aku sangat kaget. Aku pun memasukkan tanganku ke dalam bajuku
untuk memastikan apakah masih ada benjolan dan bengkak di tubuhku, akan
tetapi aku tidak menemukan apa-apa. Aku agak takut ketika itu, akan
tetapi kemudian aku teringat bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Kemudian aku meminta kepada salah seorang temanku agar memegang
tubuhku dan mencari benjolan dan bengkak tersebut, ternyata benar bahwa
semuanya telah hilang dari tubuhku. Mereka pun menjerit histeris seraya
berucap “Allahu Akbar, Allahu Akbar”.
Selanjutnya aku segera pergi menemui suamiku untuk mengabarkan
kesembuhanku. Begitu masuk hotel dan berada di hadapannya, aku langsung
menyobek bajuku seraya berkata, “lihatlah rahmat Allah”.
Kuceritakan semua yang terjadi kepadanya, tetapi ia tidak
mempercayainya. la menangis dan menjerit seraya berkata, “Tahukah kamu
bahwa dokter mengatakan bahwa kematianmu tinggal tiga minggu lagi?”
Kukatakan kepadanya, “Ajal dan kematian hanyalah di tangan Allah, dan tidak ada yang mengetahui hal ghaib selain Allah.”
Kehendak Allah dan Keheranan Para Dokter
Tutur Laila Al-Halwa selanjutnya, “Kami tinggal di Masjidil Haram
selama seminggu. Kami memuji Allah dan bersyukur atas nikmatNya yang
tiada terhingga. Kemudian kami mengunjungi Masjid Nabawi di Madinah
al-Munawwarah, lalu kembali ke Perancis. Para dokter di sana
terheran-heran dengan keadaanku dan sangat bingung. Mereka menanyakan
kepadaku, “apakah Anda wanita yang pernah berobat kepada kami?”
Dengan mantap dan percaya diri kujawab, “Ya, akulah orangnyaa dan
inilah suamiku. Aku telah kembali kepada Tuhanku, dan aku tidak takut
apapun kecuali kepada-Nya. Semua yang terjadi adalah takdir dan
kehendak-Nya.”
Para dokter mengatakan, “Kondisi Anda sangat aneh dan mengherankan,
semua bengkak dan benjolan telah hilang, karena itu perlu diadakan
pemeriksaan ulang.”
Ketika mereka memeriksa dan meneliti tubuhku, mereka tidak menemukan
apa-apa dan penyakitku benar-benar telah sembuh total. Sebelumnya aku
tidak bisa bernafas karena benjolan dan bengkak tersebut, akan tetapi
ketika tiba di Masjidil Haram dan memohon kesembuhan kepada Allah,
semuanya hilang dan tubuhku.
Setelah itu aku mulai membaca buku-buku sejarah Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam dan
para Sahabatnya. Aku banyak menangis setelah itu karena mengingat
dosa-dosa yang telah kulakukan di masa lalu. Aku memohon kepada Allah
agar menerima tobatku dan keluargaku serta segenap kaum muslimin.
Foot Note:
[1] Hadits Hasan. Diriwayatkan oleh Ahmad [3/357,372], Ibnu Majah [3062], Hakim [1/437], Daruquthni [2/289], Baihaqi dalam
As-Sunan AI-Kubra [5/148], al-Khatib dalam
Tarikh Baghdad [3/179], Ibnu Adiy dalam
al-Kamil [4/1455]
.
Sumber: “100 Kisah Penyembuhan Dengan Air Zamzam, Madu, Jinten Hitam Dll.”, Majdi Fathi as-Sayyid, Penerbit Darussunnah dan http://kisahislam.net/